Pages

GAMBAR slide 1

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GAMBAR slide 2

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GAMBAR slide 3

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GAMBAR slide 4

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GAMBAR slide 5

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, April 18, 2019

Review Film "KINJENG WESI"


Susuh Kinjeng Wesi gawe Rusuh
Oleh Muhammad Zidni Naf'an


Pembangunan Insfrastuktur untuk kepentingan public adalah  narasi pemerintah atas nama kepentingan masyarakat luas. Konsepsi pembangunan memberikan berbagai masalah pro dan kontra dan sering di temukannya fenomena yang khas, antara lain kesenjangan, kemiskinan, pengelolaan public good yang tidak tepat.

Pembangunan bandara ini menunai berbagai kontra  di kalangan masyarakat sekitar bandara. Khususnya di Kabupaten Kulon Progo tepatnya di Kecamatan Temon Desa Glagah. Kulon Progo sendiri merupakan Kabupaten yang terletak di wilayah sisi barat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kulon Progo merupakan Kabupaten yang gemah ripah loh jinawi dan sekitar 30 % luas wilayahnya adalah sawah yang subur. Namun tanah yang subur dan panen yang melimpah sebentar lagi hanya akan tinggal cerita. Apalagi setelah Presiden Joko Widodo menjadikan pariwisata sebagai leading sector. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta semakin ngotot untuk membangun bandara baru dengan dalih mendukung 10 program destinasi pariwisata prioritas termasuk Candi Borobudur. Hal tersebut mengacu pada SK nomor 1164 tahun 2013 yang di keluarkan oleh Menteri perhubungan tentang penetapan lokasi bandara baru di Kulon Progo yang kemudian di susul SK dengan nomor 836 tahun 2014 yang berisi perubahan atas keputusan Menteri Perhubungan nomor 1164 tahun 2013 tentang penetapan lokasi bandara baru di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditambah lagi dengan pengumuman yang di keluarakan oleh Gubernur sekaligus Raja Keraton Yogyakarta nomor 593/3145 yang memperkuat dan mempejelas tentang pembangunan bandara baru.

Pembangunan bandara ini seharusnya bisa mensejahterakan masyarakat namun dalam hal ini yang penulis lihat dalam film justru malah sebaliknya. Dengan adanya pembangunan bandara ini banyak masyarakat dalam hal ini petani yang menjadi resah dan gelisah karena lahan mereka akan di gusur guna pembangunan bandara tersebut. Tidak hanya warga para akademisi pun diselimuti kegundahan atas rencana pembangunan bandara ini. Mengacu pada data Badan Nasional Penanggulanagan Bencana yang menjelaskan daerah Kabupaten Kulon Progo berada di bibir pantai selatan Jawa yang mana lokasi bandara baru dianggap rawan bencana. Dalam master plan penanganan tsunami daerah Kulon Progo termasuk daerah yang beresiko terkena bencana tsunami. Namun pemerintah seoalah diam dan tetap pada pendiriannya yaitu membangun bandara baru. Pemerintah disini sangat diuntungkan dengan adanya pembangunan bandara karena pendapatan daerah meningkat tidak hanya itu investasi juga meningkat dari sektor swasta maupun sektor asing yaitu pembangunan infrastuktur lainnya disekitar bandara.

Setiap kebijakan termasuk infrastuktur publik selalu memliki sasaran manfaat. Namun kenyataan juga seringkali memakan korban. Jelas sekali terlihat dalam hal ini bahwa masyarakat khusunya petani dirugikan oleh adanya pembangunan bandara baru. Seharusnya petani bisa menikmati hasil dari panennya akan tetapi karena adanya pembangunan, lahan yang ditanami berbagai macam tanaman dimusnakah karena lahan tersebut harus digusur. Hal ini yang membuat petani menolak dengan adanya pembangunan bandara, karena bagi petani bercocok tanam adalah mata pencarian mereka. Kondisi seperti ini membuat masyarakat petani menjadi kesulitan, dalam hal ini kesulitan yang dimaksud adalah memulai kehidupan baru setelah tanah mereka digusur apakah akan memulai bercocok tanam lagi di lahan yang baru atau beralih mencari mata pencarian yang baru. Keterbatasan pendidikan bagi para petani yang rata-rata hanya sebatas pendidikan menengah pertama atau mungkin bahkan tidak sekolah menjadi permasalahan bagi para petani tidak hanya itu jika nantinya akan bercocok tanam lagi hasil yang didapat pun tidak akan sama seperti dulu karena kondisi geofrafis yang sudah berbeda.

Setiap kebijakan pasti akan pasti memberikan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif dan setiap kebijakan akan berdampak kepada kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang terkena kebijakan tersebut. Protes warga Bantul perlawanan warga Gunung Kidul serta penolakan warga Kulon Progo merupakan terhadap kebijakan tersebut yang mana penolaka tersebut tak mampu mengubah rencana bandara baru tetap dibangun di tanah leluhur. Dalam hal ini penulis memberikan solusi agar pemerintah dapat terbuka dalam membuat sesuatu kebijakan. Kalo saja pemerintah dapat terbuka dan direncanakan serta dibicarakan sejak awal kemudian didialogkan opsi perencanaan pembangunan matang dan implikasinya sudah terencana tentu akan ada proses antisipasi bagaimana pembangunan ini tidak membuat kerugian bagi masyarakat khususnya petani.

            Pembangunan ini diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat bukan pembangunan yang menjadi alat untuk memperbanyak keuntungan pemerintah. Pembangunan yang diharapkan mujur malah menjadi ajur. Pembangunan yang diharapkan maju malah menjadi mundur. Riuh, ricuh, dan rusuh “Susuh Kinjeng Wesi gawe Rusuh”

 Semarang 18 April 2019 




Friday, October 10, 2014

Cerpen ampere

Pandangan Pertama saat Hujan tiba
Hari ini, Sang surya mengawali dunia dengan senyuman. Ditemani dengan suara burung-burung yang bernyanyi dan angin yang berhembus pelan membuat dahan-dahan dan pohon kelapa yang ada di desa ini melambai-lambai seperti memanggil sesuatu. Begitulah suasana pagi hari di desa Adi Makmur yang begitu asri nan sejuk itu. Sama seperti suasana hati gadis yang berambut panjang berwarna hitam pekat.  Gadis itu sedang duduk di balkon rumahnya sambil menikmati  suasana di desanya. Lalu, hatinya merasakan dan telinganya mendengar dari kejauhan seorang anak kecil sedang bermain ayunan ditemani oleh kedua orang tuanya.  Dia teringat dan tersenyum membayangkan masa kecilnya dulu bersama kedua orang tuanya.  Saat dimana dia bermain dan  tertawa dengan polosnya,  menikmati indahnya dunia tanpa masalah hidup yang menimpa. Ketika gadis yang bernama  Yemi sedang melamun, tiba-tiba  ia kaget ada suara yang memanggil Yemi.
“Yemi, Kamu dimana nak?” sahut sang Nenek dengan nada khawatir karena sejak tadi anak yang bernama Yemi Larasati tidak ada di kamar.
“Yemi disini Nek. Di balkon samping rumah!” jawab Yemi yang mendengar pertanyaan neneknya itu.
“Ya Tuhan, Nenek mencarimu sejak tadi nak. Nenek kira kamu masih tidur, tapi ketika nenek ke kamarmu malah kamu tidak ada disana!” ucap nenek yang sering dipanggil nenek Lati itu.
“Yemi bosan di kamar nek, Yemi ingin pergi jalan-jalan keluar tapi pasti nenek tidak mengijinkan.” balas Yemi dengan perasaan sedih.
“Yemi sayang, bukannya nenek tidak mengijinkan Yemi, tapi Yemi butuh istirahat. Yemi kan masih sakit.” Ujar nenek Lati menasehati Yemi dengan lembut.
“Oh ayolah nek, Yemi udah sembuh kok, lihat ini! Badan Yemi juga udah sehat kan!” bujuk gadis manis itu.
“Benarkah? Tapi nenek masih khawatir dengan keadaan Yemi. Badan Yemi juga masih panas, Nak!” elak sang nenek.
“Tapi nek, Yemi bosan tidur terus di kamar.  Yemi ingin keluar, ingin bermain ayunan sama nenek! Kalo nenek nggak ngijinin, pokoknya Yemi nggak mau minum obat!” ujar Yemi.
“Anak ini! Nenek selalu tidak bisa melarang Yemi, padahal ini kan demi kebaikan Yemi. Ya sudah ayo Yemi mainan ayunan sama Nenek.” Ucap Nenek akhirnya, karena pasti akan selalu kalah berdebat dengan cucunya itu.
“Horeee.. Nenek itu nenek paling baik sedunia. Yemi sayang banget sama Nenek!” Jawab Yemi senang sambil mencium pipi neneknya.
“Cucu nenek ini paling pintar membujuk, maka dari itu nenek tidak bisa menolak keinginan cucu nenek paling cantik ini!” ujar nenek Lati diakhiri dengan tawa bersama Yemi.
Selanjutnya, nenek dan cucu itu pergi ke ayunan yang bergantung di pohon dekat kolam. Nenek Lati dengan setia menuntun sang cucu ke tempat yang dia inginkan. Satu hal yang kalian tidak tahu, bahwa gadis berhidung mancung dan berkulit putih bersih ini tidak dapat melihat indahnya dunia disekitar. Dia hanya bisa merasakan keadaan dan hanya bisa mendengarnya. Gadis itu mengalami kecelakaan maut yang menyebabkan  dia kehilangan sepasang mata indahnya juga kedua orang tuanya. Sepasang mata yang dia miliki hilang akibat kecelakaan 5 bulan lalu. Kecelakaan itu  telah merenggut nyawa kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Yemi  begitu terpukul karena kehilangan kedua orang yang selalu menyayangi, mencintai, mengerti dan memanjakan Yemi bak ratu di hidup mereka. Namun kedua orang tuanya harus meninggalkan Yemi  sendirian di dunia yang kejam ini. Masih terekam jelas di memori ingatan Yemi, Ayah dan Ibunya yang selalu memperhatikan dan menuruti semua keinginannya yang terkadang menjengkelkan hati banyak orang tua. Yemi baru menyadari bahwa dulu dia bukanlah gadis yang baik, dulu dia adalah gadis sombong, keras kepala, dan sangat manja. Yemi masih ingat betul kejadian beberapa bulan lalu sebelum kedua orang tuanya meninggal. Saat itu dia masih menjadi mahasiswa baru di kampusnya.
“Ayah, Yemi minta dibelikan mobil baru yah. Mobil Yemi yang kemarin udah buluk. Temen-temen Yemi mobilnya juga baru-baru semua!” pinta Yemi.
“ Mobil yang Ayah belikan kemarin kan masih bagus, Nak. Atau mobil Ayah saja yang Yemi pakai. Mobil Ayah juga masih bagus Nak.” ucap Ayah Yemi dengan bijaksana.
“Apa? Mobil Yemi masih bagus? Ayah jangan bercanda! Pokoknya Yemi mau dibelikan mobil baru. Kalau tidak, Yemi nggak mau ikut Ayah sama Ibu ke rumah nenek Lati ! Yemi juga nggak mau nerusin kuliah Yemi! Yemi mau putus sekolah aja!” ancam gadis yang masih berusia 18 tahun itu.
“Jangan begitu sayang. Nenek Lati kan hanya tinggal sendiri di desa. Nenek bilang nenek juga merindukan Yemi. Nenek ingin bertemu Yemi makanya kita disuruh mengunjungi rumah Nenek akhir pekan ini. Yemi juga harus tetap sekolah dong. Kan itu juga demi masa depan Yemi juga. Ya sudah, bulan depan Ayah belikan mobil baru buat Yemi. Tapi Yemi janji harus menyelesaikan kuliah dan sering mengunjungi Nenek!”jawab Ayah Yemi dengan nada yang dibuat selembut mungkin.
“Siap bos!” ujar Yemi sambil tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya.

Terkadang ingatan itu membuatnya rindu kepada kedua orang tuanya itu. Seandainya waktu dapat diulang, mungkin Yemi akan menjadi orang pertama yang melakukannya. Dia sangat ingin minta maaf kepada Ayah Bundanya serta ingin memperbaiki sifatnya yang terlewat batas itu. Pernah suatu hari dia membohongi Bundanya hanya untuk mendapat uang demi memberi kado helm sport  yang harganya tidak murah kesukaan sang pacar.
“Bun, temen Yemi ada yang dapat musibah. Rumahnya baru kebakaran, Bun. Kasian dia nggak punya apa-apa lagi. Rencananya Yemi mau ngasih dia uang buat bantu mereka!” kata Yemi  bohong sambil menghampiri Bunda Rachel yang sedang menonton tv di ruang keluarga.
“Astagfirullohhaladzim nak. Ibu turut berduka atas musibah yang menimpa temanmu itu. Siapa namanya? Dimana alamat rumahnya? Kalau begitu Bunda juga ingin kasih untuk anak itu! Ucap sang bunda dengan nada khawatir.
“Eh anu Bun. Namanya eh nama.. namanya Sherlin. Iya Sherlin! Jawab Yemi terbata-bata karena bingung.
“Alamatnya?” Tanya Bunda Rachel.
“Ah alamat? Alamatnya di.. di anu di Jalan Merbabu Jakarta Timur itu loh yang kemarin masuk berita.” Ucap Yemi yang lagi-lagi berbohong.
“Oh itu. Yang kemarin masuk Koran itu ya? Boleh Bunda ketemu langsung sama teman Yemi itu? Ujar sang Bunda
“Jangan Bun! Jangan! Sherlin nggak mau ketemu orang lain selain temannya. Lagi pula sekarang Sherlin juga lagi di Rumah Tantenya di Jogja!” Larang Yemi.
“Benarkah?  Baiklah! Ini uangnya! Bunda kasih segini dulu nanti sisanya Bunda transfer ke rekening Yemi! Bunda titip salam buat teman Yemi ya?” ujar Bunda Rachel.
“Iya Bun. Makasih  banget ya Bun! Iya pastinya nanti Yemi bakal sampein salam  deh buat Sherlin!” jawab Yemi senang sambil memeluk Bundanya.
Namun sekarang apa, bahkan Aldo sang pacar yang sudah menjalin hubungan dengan Yemi sejak kelas 3 SMP bahkan tidak mau bertemu dengan Yemi lagi karena gadis itu buta. Waktu itu, dia pernah pergi ke rumah Aldo ketika Yemi masih di Jakarta. Dia ingin menemui sang pacar karena sejak dia kecelakaan 1 bulan lalu, sejak Yemi kehilangan hamper setengah kekayaannya karena usaha sang Ayah yang tiba-tiba bangkrut, Aldo tidak pernah lagi ke rumahnya. Biasanya, setiap Sabtu Aldo selalu datang dan mengajak jalan-jalan. Tapi sekarang, bahkan menghubungi Yemi pun tidak.
Ketika sampai di rumah Aldo Yemi langsung turun dari mobilnya dibantu oleh supir pribadinya. Dia langsung mengetuk pintu. Dan seseorang diseberang sana membukakan pintu untuk Yemi.
“Siapa ya?” ucap seorang laki-laki pemilik rumah itu.
“Aldo? Apa itu kamu Love?” jawab Yemi dengan panggilan kesayangannya kepada Aldo.
“Oh kamu! Iya ini aku. Memang kenapa? Dan untuk apa kamu ke rumahku?” ucap Aldo ketus.
“Kamu kok gitu Love? Iya ini aku Yemi. Aku cuma kangen aja sama pacarku. Kamu kok nggak pernah ngubungin aku lagi sih? Tanya Yemi penasaran karena perubahan sikap kekasihnya itu.
“Oh ya. Aku lupa! Kita masih pacaran ya? Kalo gitu mulai sekarang kita putus!” jawab Aldo dengan santainya.
“Apa? Putus? Kamu nggak bercanda kan Love? Kita pacaran juga udah lama banget masa dengan entengnya kamu bilang gitu Love! Kamu udah nggak cinta lagi sama aku?” ucap Yemi tidak trima dengan jawaban Aldo.
“Yemi Larasati! Dengar ya! Mana ada coba orang yang mau pacaran sama cewek buta miskin kaya kamu! Eh belum miskin sih, tapi sebentar lagi pasti akan! Kamu tahu nggak? Sebenernya aku tuh cintanya sama uang kamu doang! Bukan sama kamu! Jadi kalo sekarang kamu udah miskin aku udah nggak cinta lagi sama kamu! Oh ya, jangan panggil aku Love lagi! Sekarang aku bukan pacar kamu lagi dan aku juga udah punya cewek yang lebih cantik dan terutama nggak buta kaya kamu! Jangan temui aku lagi karena jujur aku udah jijik sama kamu! Ucap Aldo dengan arogannya.
Sementara itu, Yemi yang mendengar itu langsung menangis di depan Aldo dan berkata,
“Apa sebenarnya kamu seburuk itu? Dan bodohnya aku baru tahu saat ini! Selama ini kamu baik banget sama aku sampe aku ngira kamu cinta ke aku sama kaya aku yang cinta banget sama kamu! Jadi semua persepsiku tentang kamu selama ini salah! Jadi semua yang kamu lakuin sama aku cuma pura-pura dan demi uang! Aku nggak sadar itu karena memang benar cinta itu membutakan segalanya! Tapi mulai sekarang aku tahu kebusukan kamu Do! Mulai sekarang aku pergi dan nggak bakal nemuin kamu lagi! Tapi sebelum aku pergi aku mau ngucapin makasih udah hadir dalam hidupku, udah mengajariku tentang apa itu cinta, tentang warna-warni kehidupan cinta, dan tentang pahit manis cinta. Dan yang paling kamu ajarin sama aku, makasih banget untuk luka yang kamu kasih! Itu nggak bakal aku lupain seumur hidup aku! Ucap Yemi pergi dengan berlinang air mata di pipinya.
Aldo hanya memandang kepergian Yemi dengan senyuman sinis dan tentunya senyuman kelicikan.
Dan begitulah kehidupan Yemi sekarang. Dijauhi oleh pacarnya bahkan teman-temannya di kampus juga tidak mau bertemu Yemi lagi. Itu berakibat Yemi tidak mau meneruskan kuliah dan pindah ke rumah neneknya yang ada di Jogjakrta. Disana dia tidak memiliki teman dan hanya dengan neneknya saja dia tinggal. Yemi sengaja mengasingkan diri dan menarik diri dari lingkungan karena malu dengan keadaannya.
Tapi itu tidak berlangsung lama, setelah beberapa bulan dia terus sendiri Yemi merasa bosan dan mulai mau berbaur dengan lingkungannya. Seperti kemarin saja, dia pergi ke danau dekat rumahnya ditemani seorang bocah berusia 8 tahun yang merupakan anak dari supir pribadinya, Pak Ramdu. Anak laki-laki Pak Ramdu bernama Nathan, Nathan lah selama ini selalu membantu dan menemani Yemi dalam kehidupan sehari-hari. Dia baru mengenal Yemi minggu lalu tetapi dia langsung dapat berteman dengan Yemi karena memang Yemi tidak memiliki teman dan hanya Nathanlah yang mau berteman dengannya.
Saat sedang menikmati udara danau di sore hari, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Orang-orang yang sedang menikmati pemandangan danau yang indah itu juga berbondong-bondong untuk berteduh. Namun Yemi enggan beranjak dari tempatnya meskipun bajunya basah kuyub.  Nathan yang terus membujuk Yemi untuk berteduh pun tidak dihiraukannya. Dia sangat ingin menikmati udara di danau dengan cara  hujan-hujanan, hal itu menurut Yemi bisa mengobati kesepian hidup yang selama ini dialaminya.
Sementara itu, ada seorang pemuda tampan berusia  19 tahun sedang memperhatikan kelakuan kekanak-kanakan Yemi dari pohon tempat berteduhnya. Dia tersenyum sendiri melihat tingkah gadis cantik itu. Matanya yang tajam bahkan sangat fokus memperhatikan gadis yang sebenarnya tidak dapat melihatnya, seakan gadis itu adalah pemandangan yang paling indah dibandingkan yang lainnya. Dia juga melihat ketika Nathan membujuk Yemi untuk berteduh dengan cara menarik-narik baju yang dipakai Yemi namun Yemi malah memutar-mutarkan tubuhnya seperti anak kecil yang sedang hujan-hujanan. Pemandangan menarik menurut Raka, nama pemuda itu. Bukankah hal yang khonyol saat gadis berusia 18 tahun bertingkah seperti anak-anak sedangkan bocah berusia 8 tahun berperilaku seperti orang dewasa? Itulah yang sejak tadi Raka amati. Hingga pada akhirnya, anak kecil itu menyerah dan membiarkan gadis itu hujan-hujanan sendirian.
Tingkah kekanak-kanakan Yemi ternyata berakibat buruk bagi tubuh gadis itu. Malam harinya, badan Yemi demam. Tentu saja, hal itu membuat nenek Lati khawatir dan cemas. Dia menyuruh Pak Ramdu untuk memanggil dokter di dekat daerah ini. Selang beberapa waktu dokter itu datang memeriksa Yemi. Dokter mengatakan bahwa Yemi hanya demam akibat hujan-hujanan tadi  sore, dokter kemudian memberi Nenek Lati obat untuk diminum oleh Yemi.
Dan begitulah watak Yemi, meskipun suhu badannya masih hangat. Tapi dia tetap keukeuh untuk bermain ayunan disamping rumah. Dia duduk di ayunan, sementara Nenek Lati mengayunkan ayunan itu. Yemi tertawa riang bersama sang nenek, seakan melupakan kejamnya hidup. Kejamnya hidup yang merenggut nyawa kedua orang  tuanya, Kejamnya hidup yang menyebabkan perusahaan ayahnya bangkrut dan membuat kekasihnya meninggalkannya, dan kejamnya hidup yang merampas kedua matanya. Untuk sekarang ini, Yemi ingin melupakan semua itu dan menikmati indahnya hidup yang semula ia abaikan kemarin.
Di lain tempat, Raka enggan beranjak dari tempat tidur, meskipun ibunya terus membangunkan Raka. Hari ini Raka harus pergi ke rumah sakit, namun ternyata pemuda itu memiliki rencana untuk menemui gadis yang kemarin dilihatnya. Oleh sebab itu, dia mencoba menggagalkan rencana sang ibu dengan tetap di tempat tidur meskipun sebenarnya Raka sudah bangun sejak pukul 6 tadi. Dan rencana ibu Raka akhirnya gagal akibat ulah anak semata wayangnya. Sekarang jam menunjuk pukul 10.00, artinya Raka tidak jadi pergi ke rumah sakit karena telat 3 jam dari waktu yang ditentukan. Ibu Resta hanya menggelengkan kepala karena ulah Raka itu, untuk saat ini dia membiarkan Raka tidak ke rumah sakit karena ingin memberi  waktu satu hari saja untuk dihabiskan Raka sebelum di pergi ke Jerman bulan depan.
Hari ini Yemi ingin pergi ke hutan dekat danau itu. Dia mengajak dan membujuk Nathan agar bersedia menemani Yemi. Akhirnya, Yemi berhasil membujuk Nathan dengan sogokan memberikan ipadnya untuk Nathan. Mereka pergi ke hutan pukul 4 sore. Karena terlalu asyik menjelajah hutan, mereka lupa jalan untuk kembali. Hari mulai malam, Yemi dan Nathan belum menemukan jalan untuk keluar dari hutan itu. Mereka berdua menangis karena takut.
“Ehmm.”
“Suara apa itu Than?” Tanya Yemi takut.
“Nathan tidak tahu Kak. Disini gelap Nathan tidak dapat melihatnya!” jawab Nathan sambil menangis.
“Ehmm. Ehmm.”
“Siapa itu? Kumohon jangan makan kami. Tubuh kami tidak enak, alot dan tidak ada dagingnya. Kumohon Hantu! Jangan makan kami, please!” pinta Yemi.
Tiba-tiba terlihat sinar dari bawah kemudian terbang kesana kemari. Ternyata itu adalah kunang-kunang yang sangat indah. Kunang itu menyinari keadaan disekitar. Dan ternyata suara itu adalah suara seorang pemuda tampan yang menghampiri mereka.
“Ka ka kamu siapa?” ucap Nathan yang melihat pemuda itu.
“Hay! Kenalkan aku Raka!” sapa Raka kepada Nathan dan Yemi sambil mengulurkan tangannya.
Namun Nathan dan Yemi malah ketakutan dan memundurkan langkahnya.
“Wow, Tenanglah! Aku manusia sama seperti kalian juga! Jangan takut!” ucap Raka.
“Benarkah?” jawab Nathan ragu namun menjabat tangan Raka selagi memastikan bahwa Raka adalah manusia. “Aku Nathan!”
“Lalu namamu siapa? Tanya Raka tersenyum kepada Yemi sambil mengulurkan tangannya.
Suasana hening beberapa detik karena Yemi tidak menyambut tangan Raka. Dan detik berikutnya tangan Nathan memegang tangan Yemi untuk menjabat tangan Raka.
“Ah aku! Aku Yemi! Yemi Larasati!” jawab Yemi sambil menyunggingkan senyum manisnya. “ Bisakah kau menolongku dengan mengantarkan kami keluar dari hutan ini? Sepertinya kau orang sini maka pastinya kau tau jalan keluarnya!” pinta Yemi.
DEG!
Tiba-tiba saja jantung Raka menambah frekuensi detakannya ketika melihat senyum dan berjabat tangan dengan Yemi. Aliran darahnya pun seperti mengalir lebih cepat. Dan detik ini juga dia tahu bahwa sebenarnya Yemi tidak dapat melihatnya.
“Tentu!” Jawab Raka tanpa melepas jabat tangan mereka.
Dan Raka mengantarkan Yemi serta Nathan ke rumah Neneknya. Tak lupa Nenek Lati mengucapkan terima kasih kepada Raka karena mau mengantarkan cucunya. Selanjutnya, Raka pamit pulang karena pasti ayah dan ibunya mencari Raka. Namun, Yemi lupa menanyakan satu hal pada Raka. Darimana Raka tahu tempat tinggalnya?
Keesokan harinya pagi pagi sekali Raka pergi ke rumah Yemi. Tujuannya agar ia tidak pergi ke rumah sakit karena hari ini dia ingin mengenal lebih dekat Yemi. Setibanya di rumah Yemi, Raka duduk di ayunan dan menunggu Yemi dan Neneknya bangun. Setelah 2 jam menunggu akhirnya Yemi keluar dari rumahnya bersama Nenek Lati. Nenek Lati yang melihat Raka disana terkejut.
“Pagi nek!Pagi Yemi!” sapa Raka sambil tersenyum.
“Sejak kapan kamu disini Nak Raka?” Tanya nenek lati
“Baru beberapa menit tadi nek! Raka ingin mengajak Yemi jalan-jalan, boleh kan nek?” rayu Raka.
“Benarkah kau mau mengajakku jalan-jalan? Aku mau! Boleh ya nek, Please! Bujuk Yemi
“Emm, baiklah. Kebetulan Raka orang sini, dia pasti tahu jalan dan tempat indah di sekitar sini! Ujar Nenek
Raka kemudian menuntun Yemi untuk berjalan. Dia memegang tangan Yemi untuk membantu Yemi, mereka bercanda dan bercerita. Entah mengapa, antara Yemi dan Raka mudah sekali akrab satu sama lain. Raka mengajak Yemi pergi ke danau waktu itu.
“Masih ingat ketika hujan-hujanan?” ledek Raka.
“Kamu tahu? Aish, darimana kau tahu? Menyebalkan! Apa selama ini kau menguntitku?” balas Yemi penuh selidik.
“Bisa dibilang begitu! Kau  begitu menarik untuk diuntiti Yemi! Haha.” Jawab Raka diakhiri tawa bersama Yemi.
“Kau tidak malu berjalan dengan wanita buta sepertiku?” Tanya Yemi tiba-tiba.
“Kenapa malu  berjalan dengan wanita cantik!” goda Raka.
“Aku serius Raka!” jawab Yemi sebal karena sejak tadi Raka selalu bercanda ketika Yemi member pertanyaan yang serius.
“Aku juga serius Yemi!” elak Raka diakhiri senyuman manis, tapi tetap saja Yemi tidak dapat melihat senyuman itu.
Jawaban Raka sukses membuat wajah Yemi seperti kepiting rebus.
Dan jam berubah menjadi hari, Hari berubah menjadi minggu. Dan seiring berjalannya waktu dimana ada Yemi pasti disitu ada Raka. Raka selalu menemani Yemi berjalan-jalan. Terkadang  jika hari libur dan sore hari Nathan juga menemani mereka. Hingga pada suatu hari, ketika Yemi dan Raka pergi ke hutan yang kemarin Raka menyampaikan sesuatu yang membuat Yemi penasaran.
“Yemi, Apa kau percaya tentang cinta pada pandangan pertama?” Tanya Raka.
“Entahlah! Sejak seseorang mengajariku tentang cinta kemudian dia mengajariku tentang luka aku jadi tidak percaya dengan cinta!” jawab Yemi membayangkan bagaimana masa lalunya.
“Kalau begitu, Aku akan kembali mengingatkanmu tentang indahnya cinta. Dan akan membuatmu kembali percaya tentang cinta. Dan satu hal lagi, jika nanti kau percaya akan adanya cinta namun cinta itu kembali mengingatkanmu tentang luka kumohon tetaplah percaya tentang cinta!” ucap Raka menatap dalam manic mata Yemi.
“Maksudmu? Jangan berbicara hal yang tidak kumengerti Raka!” jawab Yemi.
“Untuk saat ini kau terlalu bodoh mengertinya, Tapi mungkin suatu saat nanti saat aku tak disini baru kau mengerti!” ucap Raka sambil bercanda.
“Kurangajar! Kau menyebutku bodoh! Tapi untuk kalimat terakhir yang kau ucapkan aku tidak suka! Jangan mengulangi kata-kata itu lagi atau jangan-jangan kau mau meninggalkanku?” Tanya Yemi.
“Mungkin nanti ragaku akan meninggalkanmu. Tapi percayalah bahwa jiwaku selalu bersamamu kemanapun kamu pergi Yemi! Aku berjanji itu!” ucap Raka serius.
“Jangan katakana seperti itu lagi Raka! Aku tidak  menyukainya! Dan jangan membuat suatu janji karena jika kau tidak dapat menepatinya janji itu akan terus mengikat orang yang kau beri janji !” ucap Yemi dengan mata berkaca-kaca.
“Maafkan aku Yemi. Tapi aku ingin kau bisa melihat meskipun aku tidak ada di dekatmu dan merasakanku nanti melalui hatimu!” ucap Raka dalam hatinya.
Kemudian Yemi mengajak Raka pulang. Namun, sebelum pulang Raka member Yemi sebuah kalung yang bertuliskan eye. Apa arti kata itu, Kata Rakalah yang tahu.

Hari ini Yemi gelisah, bingung, kecewa, sedih,marah entah apa lagi yang dapat menggambarkan suasana hatinya. Alasannya tidak lain tidak bukan yaitu Raka. Hari ini pemuda itu tidak datang ke rumah Yemi entah karena apa. Padahal hari ini Yemi sengaja berdandan dan memakai pakaian yang menurutnya paling bagus. Dia juga menyuruh Nenek Lati untuk mendadani Yemi supaya nanti ketika Raka melihatnya Raka akan mengatakan bahwa hari ini Yemi tampil beda dan lebih cantik. Tapi kenyataannya, Raka tidak datang ke rumahnya padahal hari ini sudah malam hari.
Dan hari ini hari kedua Raka tidak datang ke rumah Yemi. Padahal banyak sekali hal yang ingin Yemi ceritakan pada Raka. Salah satunya adalah berita gembira bahwa ada seseorang yang akan mendonorkan matanya untuk Yemi. Dan orang pertama yang ingin Yemi tlihat adalah Raka. Namun, pada kenyataannya Raka tetap tidak datang ke rumahnya sampai saat ini.
Satu minggu berlalu, dan hari ini Yemi menjalani operasi matanya. Dia masih berharap Raka datang menemuinya, memberikan semangat, memberikan doa, dan menunggu Yemi sampai selesai operasi. Tetapi sampai Yemi masuk ruang operasi Raka tidak datang, na\mun Yemi masih pada pendiriannya bahwa Raka pasti akan menemaninya seperti apa yang dia janjikan kemarin. Dia percaya akan janji yang Raka ucapkan. Sementara itu, diluar ruangan ada Nenek Lati, Nathan, Pak Ramdu, Ibu Rachel yang menunggu dengan khawatir.
Akhirnya setelah melewati rangkaian operasi itu selesai dan berjalan sukses.  Yemi dipindahkan ke ruang icu untuk menunggu Yemi siuman.
 Sementra di tempat pemakaman, ada batu nisan bertuliskan nama Raka Raditya Fernanda. Banyak tamu yang datang dan melayat ke sana. Dan hari ini, langitpun sepertinya ikut berduka hingga meneteskan air dalam bentuk hujan. Disana, Ibu Rachel tak henti-hentinya menangis. Dia juga berkata
“Ibu sudah melakukan apa yang Raka inginkan. Ibu sudah mengiklaskan Raka, Ibu juga sudah mengabulkan keinginan Raka. Dan Raka tahu, Hari ini Yemi akan dapat melihat lagi. Raka pasti senang disana. Tapi Yemi mengatakan pada ibu kalau orang yang ingin dia lihat pertama kali yaitu kamu nak!” ucap sang ibu dengan berlinang air mata.
Di rumah sakit, semua orang yang ada di ruangan ini mengucapkan doa. Wajah-wajah mereka terlihat begitu tegang menyaksikan pelepasan perban mata yang ada di wajah yemi.Dan dokter berkata, “Jangan langsung membuka matamu. Pada hitungan dari 3 sampai 1 buka matamu secara perlahan ya?”
Yemi menganggukan wajahnya dengan mantap. Dan tepat pada hitungan ke 1 Yemi membuka perlahan matanya. Dilihatnya ruangan ini, ada nenek, Nathan,dan Pak ramdu disana. Tapi dimana raka? Tanya yemi pada neneknya.  Hanya tangisan yang yemi dapatkan.
“Jadi kau disini, Bodoh! Membuat keputusan sepihak tanpa memperdulikan aku! Kau pikir kau hebat! Kau pikir kau siapa ! Dimana janjimu yang kau ucapkan kemarin! Bukankah sudah kukatakan, Aku tidak suka kau mengatakan janji itu!Tapi kau tetap mengatakannya bahkan kau menepatinya! Kau pikir aku menyukainya! Tidak Raka! Aku tidak suka! Kumohon Raka, kembalilah kesini! Jangan tinggalkan aku sendirian lagi! Aku benci sendiri! Kau tak mendengarku ha! Kau tak mendengarku sekalipun aku mengatakan ini! Aku percaya apa itu cinta! Aku percaya cinta pandangan pertama! Dan aku mencintaimu Raka! AKU MENCINTAIMU! ” ucap Yemi menangis tanpa henti di depan makam Raka.
Dan seperti awal pertemuan mereka, hujan turun dengan  begitu derasnya. Seakan alam pun ikut menangis menyaksikan kedua manusia itu.


 Karya : Yuni Dwi Lestari

 Dibuat 11 oktober 2014





















Thursday, April 10, 2014


 

[Sinopsis-Thai Film] A Crazy Little Thing Called Love Part 2


 Cast
Mario Maurer as Chon
Pimchanok Lerwisetpibol as Nam
Sudarat Budtporm as Guru Inn
Perawatch Herabutya as Guru Phol
Pijitra Siriwerapan as Guru Aorn
Acharanat Ariyaritwikol as Top
Khachamach Promsaka Na Skolnakorn as Pin

Tahun berikutnya...
Hari itu hari ulang tahun Cheer. Nim bertanya pada Cheer hendak membeli cake apa pada hari ulang tahunnya.
Vanilla Cake, Nam suka kue itu”ujar Cheer. Saat Cheer sedang asik memilih-milih kue, Nam belum datang. Nim segera menelponnya.
Nam rupanya sedang pergi ke danau bersama Chon cs, “Aku sudah menelpon Cheer tadi pagi namun ia tak mengangkat teleponnya, sampaikan ucapan selamat ulang tahunku pada Cheer. Iya, aku minta maaf karena aku takkan bisa pulang tepat waktu...”
Di danau, semua sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang asik bermain gitar, ada yang memanggang makanan. Nam duduk di meja makan sambil memandangi Chon yang asik memotret pemandangan dari jembatan (indah banget). Tak lama Top menghampiri sambil menghidangkan cumi-cumi hasil panggangannya, mau nggak mau Nam berpaling dari Chon. Wajah Top mendekati wajah Nam sampai membuat Nam risih, “Aku akan kembali..” katanya. Saat Nam kembali melihat ke arah jembatan, Chon sudah tak ada.
Nam pergi ke jembatan dan duduk disana. Chon datang, “Apa yang kau lakukan disini?”
“Aku rasa pemandangan disini indah”kata Nam. Mereka sama-sama terdiam. Nam membuka percakapan sambil menawarkan cumi, “Kau mau makan cumi?”
Chon menoleh, “Kau tak tahu cerita cumi ya?”
Nam menggeleng, “Tidak.”
“Aku akan memberi tahumu,” Chon pindah duduknya ke samping Nam, ia mulai bercerita, “Pada suatu waktu, ada pasangan cumi. Mereka telah mengarungi lautan dan samudra yang luas hingga mereka bertemu dan saling jatuh cinta, akhirnya mereka menikah. Pada hari pernikahannya, pendeta cumi menyuruh mereka saling berpegangan tangan... jadi mereka saling berpegangan tangan.... memegang tangan... memegang tangan... memegang tangan...”
Chon menempelkan jari-jarinya satu-satu. Nam tertawa geli melihatnya.
“Kak Chon, kau gila!”ujar Nam.
Chon tersenyum.
“Tapi lucu” tambah Nam lagi.
“Yang mana? Yang cerita, atau yang cumi?”tanya Chon.
“Yang cerita! Eh, tidak, yang cumi! Umm... aku bingung...” ujar Nam, Ia melirik cumi panggang, “Aku jadi agak tak mau memakannya.”
“Aku juga tak makan cumi begitu lama karena cerita itu” tambah Chon. Mereka pun terdiam.
“Jadi...” Nam bersuara, “Apakah kau pernah memegang tangan seseorang seperti cumi itu?”
“Pernah sekali” jawab Chon sambil menatap ke danau, “Seorang gadis berwajah canggung hampir jatuh dari panggung, jadi aku memegang tangannya...”
Belum selesai Chon cerita, Top datang sambil langsung memakan cumi panggang. Nam dan Chon berteriak, “Jangan!”
“Kenapa? Ini enak..”ujar Top sambil terus mengunyah. Nam dan Chon cuma bisa menghela nafas kesal.
Mereka bertiga hendak pulang. Chon dan Top berjalan di depan sementara Nam mengikuti di belakang. Chon dan Top berbicara serius.
Top : “Aku bertanya padamu langsung. Apa kau suka pada Nam?”
Chon : “Eh, kau akan bersamanya bukan? Kenapa kau bertanya padaku seperti itu?”
Top menepuk bahu Chon sambil tersenyum, “Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya...”
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Nam di belakang. Nam terpeleset hingga kakinya terkilir. Top dan Chon langsung berlari ke arahnya. Top bertanya apa Nam masih bisa berdiri, Nam mengiyakan. Tapi ternyata ia tak sanggup, mau tak mau ia menerima tawaran Top. Sedangkan Chon yang menggendong tas Nam. Suara hati Nam saat itu, "Tuan Kancing... hari ini Chon membawakan tas saya..."
Pulangnya Nam langsung ke rumah Cheer. Ia membawakan cake kecil. Saat pintu rumah Cheer dibuka, Nam sudah bersiap, “Happy birth...”
Namun yang keluar ternyata ibunya Cheer, “Cheer tak ada. Ia masih pergi bermain dengan Nim dan Gie. Nam tak bersama mereka?”
Nam menggeleng sambil tersenyum kecut.
“Telepon saja mereka” saran Ibu Cheer lalu menutup gerbangnya lagi. Nam akhirnya meniup lilin di cake itu sendiri.
Keesokan harinya Cheer, Nim dan Gie mengerjakan PR tanpa Nam. Nam justru duduk bersama gengnya Chon.
“Aku rindu hari-hari ketika kita mengerjakan PR bersama-sama”kata Nim.
“Seorang bidadari harusnya berada di surga”ucap Cheer sinis. Ia masih marah karena Nam tak datang ke ulang tahunnya.
“Tenanglah Cheer, kau masih punya ulang tahun tahun depan” ucap Nim.
Cheer emosi, “Aku hanya punya tiga orang teman Nim! Jika aku jadi dia, aku takkan melakukan hal itu!”
Nam yang melihat teman-temannya sedang mengerjakan PR bersama menghampiri, “Hey! Kita kerjakan PR bersama-sama yuk!”
“Kenapa kau tak mengerjakannya bareng Chon saja?!”ujar Cheer sinis langsung menutup bukunya dan segera pergi dari situ. Nim dan Gie mengikutinya. Nam ditinggal sendiri.
Nam sedang duduk sendirian di depan kolam ketika Chon datang.
“Top belum datang? Aku disuruh olehnya mengajari anak kelas 3,” tanya Chon duduk disamping Nam.
Nam tersenyum, “Kak Top sedang mencari buku untuk proyek anak kelas 3”
Chon ikut tersenyum, ia memandang lurus ke depan, “Hari itu ibuku masuk rumah sakit...”
Nam menoleh, “Kapan?”
“Hari dimana ayahku gagal melakukan tendangan pinalti. Aku lahir pada hari itu. Jadi ayahku memberi hadiah pada hari kelahiranku... yaitu tak bermain bola lagi seumur hidupnya. Akulah yang membawa nasib buruk. Coba lihat, Provinsi ini tak pernah mencapai sejauh itu sejak hari itu...”
“Kau tak apa?”tanya Nam khawatir.
“Bagiku untuk dihina?”tanya Chon balik, “Aku tidak apa-apa. Aku sudah biasa. Sudah menjadi nama belakangku. Chon, yang ayahnya tak bisa menendang pinalti...”
Nam menunduk menyesal.
Chon tersenyum, “Tapi aku benar-benar tak apa. Aku seorang pemain sepak bola.”
“Jadi kau mau terus bermain sepak bola?”
“Aku tak tahu... untuk saat ini, aku lebih membutuhkan seseorang...”
Nam menoleh kaget. Tapi sebelum Nam mendengar penjelasan Chon lebih lanjut, Top datang dan memanggil Nam. Ia meminta bantuan Nam untuk mencari buku bersamanya.
Malamnya Chon dan kawan-kawan mengadakan piknik dan api unggun. Nam ikut. Ia membantu Chon yang bertugas memasak. Top duduk di dekat api sambil mendengar Pin bernyanyi. Faye memandanginya, jelas-jelas sekarang Faye naksir pada Top. Nam dan Chon membicarakan soal kejutan ulang tahun untuk Ake, teman mereka. Tanpa sengaja tangan mereka berdua saling bersentuhan. Hati Nam berdebar, ia mendekatkan diri lagi ke Chon.

Kemudian acara kejutan untuk Ake dimulai. Chon dan Top mau perform cerita.
“Ini terjadi ketika kita kelas 5 SD...”Chon memulai cerita.
Top ketawa, “Kita berdua jatuh cinta pada cewek yang sama. Namanya Boe, kelas 4. Kita bersaing satu sama lain, berlatih menari agar salah satu dari kami bisa berdansa saat pesta sekolah. Tapi saat hari itu tiba, Chon kita kena sakit cacar....”
Semua tertawa termasuk Nam.
“Jadi hak berdansa dengannya jadi milikku, yeah...”lanjut Top.
Chon menambahi, “Tapi pada akhirnya Top juga tak berdansa dengan Boe. Jadi kita berdua sama-sama gagal...”
“Eitt” sela Top, “Itu karena Chon mengancam kalau ia tak mau berteman lagi denganku. Setelah itu kita saling berjanji....”
“Bahwa kita takkan jatuh cinta pada cewek yang sama lagi...”tambah Chon.
Tawa Nam pupus sudah. Top jelas-jelas naksir padanya, itu berarti tak ada harapan untuknya ditaksir oleh Chon.

Top dan Chon kemudian bernyanyi sambil menarikan tarian yang lucu, mengundang keceriaan. Top menarik Nam agar ikut menari bersama mereka. Yang lain juga berdiri dan ikut menari. Semuanya diliputi keceriaan. Namun di tengah tarian, Top yang rupanya sedang bahagia mengambil kesempatan mencuri pipi Nam. Nam terpaku. Yang lain masih menari, sementara kebahagiaan Nam sudah hilang.
Top mengantar Nam pulang. Saat Nam hendak segera masuk ke rumahnya, Top berkata, “Nam, besok aku akan datang ke sini lagi ya. Kita nonton pertandingan Chon bersama-sama”
“Kak Top tak perlu menjemputku lagi”ujar Nam dingin.
“Kenapa? Kau ada acara?”
“Tidak, maksudku tolong jangan terlibat denganku lagi...”
Top bangkit dari sepeda motornya, “Kau marah karena aku mencium pipimu? Bukankan kau pacarku?”
Nam berbalik marah, “Kak Top, aku tak pernah menerima bahwa aku pacarmu”
Kasian banget Top pas disini, “Lalu apa artinya semua selama ini?”
“Maafkan aku kak, aku sudah mencintai seseorang...” jawab Nam.
“Siapa Nam?” tanya Top. Oh.. poor Top.
Nam hanya berbalik dan segera masuk rumah tak menjawab pertanyaan Top.
“Siapa.... Nam.... siapa?!”tanya Top. Ia terduduk lemas di sepeda motornya.
Top menemui Chon untuk menceritakan semuanya, “Dari semua gadis yang bersamaku, ini yang paling menyakitkan.... Aku mohon satu hal saja padamu Chon... Tak peduli apa yang terjadi, kau tak akan memacari Nam kan?”
“Apa kau berpikir alasan Nam memutuskanmu adalah aku?”tanya Chon.
“Tidak. Hanya aku tak tahan, jika sahabat terbaikku berpacaran dengan gadis yang kucintai...”
Chon memandang keluar sambil menghela nafas, “Jika kau mengatakan seperti itu, aku bisa apa?”
“Tak apa-apa kan buatmu?”tanya Top.
“Iya” jawab Chon. Mereka berdua kemudian saling menjabat tangan.
Hari-hari berikutnya dilalui Nam seorang diri. Tak ada lagi teman-teman bersamanya, tak ada lagi Top yang menjemputnya ke sekolah dan Chon juga seperti menghindarinya. Ketika ia melihat Top yang digoda Faye dengan trik ‘terkilir kaki’ ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Ia memutuskan untuk fokus belajar agar mendapat ranking satu. Meski ia sering terbayang Chon jika ia melihat Tuan Kancing dan membuatnya menangis sendirian.
Di rumahnya Chon bermain sepak bola dengan ayahnya yang sekarang tak takut lagi.
“Chon, kau tahu tadi Manajer Bangkok Glass meneleponku...”kata ayahnya.
“Lalu?”tanya Chon masih fokus ke bolanya.
“Dia bilang kalau dia akan menerimamu di Klub Bangkok Glass”
Chon tak percaya, “Ayah menipuku agar bisa merebut bola dariku ya...”
Ayahnya tertawa, “Untuk hal sepenting ini siapa yang berbohong. Setelah ini kau harus segera bersiap-siap. Mungkin setelah lulus ujian tahun ini, kau akan pergi belajar ke Bangkok.”
Chon senang sekali, ia menghampiri ayahnya dan memeluknya, “Ayah! Terima kasih...!”
Hari ujian tiba, Nam menjalankan ujiannya dengan serius. Ia ingin bertemu dengan ayahnya yang di Amerika.
Di luar Guru Inn sedang sangat sedih. Guru Phol mendapat beasiswa untuk melanjutkan study ke luar. Guru Inn meminta sesuatu pada Guru Phol. “Apa?”tanya Guru Phol. Guru Inn menunjuk ke arah hati Guru Phol. Guru Phol salah paham, ia malah memberikan peluit miliknya. Tak lama datang Guru olahraga baru yang akan menggantikan Guru Phol. Ternyata guru yang baru lebih keren dan ganteng daripada Guru Phol, Guru Inn langsung menghampiri Guru baru itu dan mengacuhkan Guru Phol. Guru Phol cuma bisa garuk-garuk kepala bingung.
Tahun pelajaran berikutnya...
Hari itu Cheer memutuskan tak akan melanjutkan sekolah yang sama dengan kawan-kawannya. Ia akan memasuki sekolah kejuruan. Saat mereka asik mengobrol, Nam datang dan suasana langsung tak enak. Nam duduk dengan sedih di jarak yang tak jauh dari mereka. Ia memandangi wajah Cheer dan masih berharap Cheer akan memaafkannya. Rupanya hati Cheer masih belum luluh. Nam dengan sedih menyanyikan lagu yang dulu mereka nyanyikan bersama-sama.

“Senin aku menunggu... Selasa aku masih menunggu dan melihat, melihat apakah kau baik-baik saja... Rabu kau masih tak ada disini, pagi hari atau kemudian, Kamis juga masih kosong...”

Gie tak tahan, ia menghampiri Nam dan mereka bernyanyi sama-sama sambil menangis.

“Jum’at, Sabtu atau Minggu, tiada hari tanpa merindukanmu... Tiada hari kau akan kembali...”

Nim ikut menangis meski ia masih ada disamping Cheer, sementara Cheer masih bertahan.

“...menjadi tua dalam hari-hari kita... hari dimana kau ada disampingku, hari dimana kau ada di dekatku, hari dimana kita saling berpegangan tangan...”

Nam mendekati Cheer, “...hari dimana aku mencintaimu, hari dimana aku berbicara denganmu, hari dimana kau mendengarkanku....”

Akhirnya Cheer menangis dan ikut bernyanyi, “...Berapa lama aku akan seperti ini aku tak tahu, Berapa bulan atau berapa tahun....”
Mereka berempat saling berpelukan dan menangis bersama. (aslinya ini lagu ceria, tapi pas dinyanyikan ma mereka jadi kelihatan sedih...), “...berapa miliar kenangan masa lalu kita bersama, aku selalu merindukanmu...”
“Cheer, Nam minta maaf”isak Nam.
Cheer menangis, “Kenapa kau menangis? Menyanyikan lagu seperti kita sedang berakting di opera sabun saja...”
“Ya...” kata Nam masih menangis, “Kenapa kita menangis? Kita tidak menangis, kita sedang tertawa...”
Mereka pun menyanyikan lagu nya bersama-sama.
Nam sedang menyapu dan beres-beres rumah ketika Cheer cs datang dan memberitahu kalau mereka bertemu dengan Guru Inn di toko eskrim, “Dia mengatakan kalau dalam ujian.... Nam mendapatkan.... “
“Aku mendapatkan apa? tanya Nam tak sabar.
“Nam.... Nam...dapat ranking 1...”
Nam terkejut. Ia melompat-lompat senang kemudian memeluk ibunya. Ibunya mengatakan sekarang Nam sudah bisa bertemu dengan ayahnya. Nam semakin senang. Pang melihatnya iri. Ia mendapatkan ranking 8 tapi ia ingin ikut dengan Nam. Nam tak mengizinkan.
Saat itu tiba-tiba Nam langsung memikirkan Chon.
Di hari yang sama, Pang kedatangan temannya. Dia mengantarkan foto cowok yang Pang taksir. Nam yang tertarik menghampirinya dan menggodanya. Pang tahu kalau ini adalah kesempatan untuk Nam balas dendam karena dulu Pang pernah mengadukan soal Nam yang naksir Chon. Tapi Nam cuma menggodanya dan menasihati agar Pang tak cepat-cepat memikirkan soal pacaran karena belum dewasa.
Nam kemudian kumpul bersama teman-temannya. Cheer menanyakan Nam, “Nam apakah Chon sudah tahu?”
Nam menggeleng lemah. Gie menatapnya heran, “Kau sungguh hebat! Jatuh cinta pada orang yang sama 3 tahun lebih!”
“Kurasa kau tak perlu mengatakannya pada Chon” timpal Nim, “Biar seluruh dunia mencatat bahwa ada seorang gadis gila yang mencoba untuk menjadi cantik selama tiga tahun demi seorang laki-laki. Meskipun laki-laki itu tak tahu apa-apa.”
Cheer menasihati Nam, “Nam, mungkin mulai sekarang kau takkan pernah melihatnya lagi. Kau masih akan diam saja?”
Nam melirik buku 9 Metode Cinta nya, “Aku sudah coba berbagai cara...”
“Jangan takut, kami selalu mendukungmu”ujar Cheer, “Benarkan?”
“Iya!”sahut Nim, “Kau sangat cantik, rajin belajar juga baik hati kenapa dia bisa tak menyukaimu?”
Nam kesal, “Kalian benar-benar memujiku tidak sih?”
Malamnya Nam menghias setangkai bunga Mawar Putih, metode ke 10, dari Thailand, yang paling tulus.
Hari kelulusan tiba, Nam menunggu Chon keluar dari kelasnya namun ternyata Chon masih dikelilingi oleh teman-temannya (PS: Nam dan Chon lulus bersama, sepertinya Nam akselerasi). Nam harus menunggu sampai ia dan Chon memiliki waktu hanya berdua saja. Ia mengikuti Chon bersama teman-temannya. Sampai akhirnya Chon pergi untuk memotret sendirian ke ruangan kolam renang, Nam didorong teman-temannya untuk mengambil kesempatan itu. Teman-temannya berjaga di luar ruangan.

Chon memotret Kolam renang sebagai kenang-kenangan. Nam menghampirinya, Chon pun memotret Nam.
“Nam, kau belum menanda tangani kemejaku,” ujar Chon (di Thailand juga ada tradisi mencoret-coret baju, tapi versi tanda tangan. Lebih rapi).
“Kak Chon, aku ingin mengatakan sesuatu”Nam menghela nafas mengumpulkan kekuatan. Kemudian ia mulai mengatakan semuanya, “Aku mencintaimu. Aku sudah mencintaimu selama lebih dari 3 tahun ini. Aku sudah melakukan segalanya, mengubah diriku dalam banyak hal demi kamu. Aku mendaftar klub penari klasik, melakukan drama panggung, menjadi pemimpin grup mayoret, lebih rajin belajar, semuanya karena kamu.... Tapi aku tahu sekarang, hal seharusnya kulakukan, dan harus sudah kulakukan sejak dulu bahwa... adalah memberitahumu... Nam cinta Kak Chon...”
Nam menghela nafas dan mengeluarkan air mata kelegaannya. Ia menyerahkan mawar putih yang sudah ada kartu ucapan dan Tuan Kancing yang terikat di tangkainya pada Chon yang tertegun sambil menatap Nam.
Sesaat setelah Nam menghapus air matanya karena lega, tanpa sengaja matanya melihat ke arah kantung kemeja Chon. Tertulis disitu, Pin cinta Chon. Nam terkejut (sepertinya di Thailand, kalau yang ditulis di kantung kemeja berarti nama kekasih atau pacar).
“Kak Pin dan Kak Chon...?”tanya Nam hampir tak bisa bersuara. Air matanya mengalir lagi.
Chon mengangguk dengan berat.
“Kapan?”tanya Nam lagi dengan susah payah (aku nangis pas bagian ini, 3 tahun gitu lho).
“Seminggu yang lalu...”jawab Chon pelan.
Nam seperti bingung untuk bertindak. Ia menangis tapi kemudian berusaha untuk tertawa, “Hahaha.... Kak Pin dan Kak Chon berpacaran... haha... kalian cocok... lucu...”
Chon masih memandangi Nam dengan penuh perasaan bersalah.
Nam sekuat tenaga menahan tangisnya, ia menepuk bahu Chon, “Semoga kalian bahagia...”
Nam yang sudah tak tahan ingin segera pergi dari situ, lupa kalau di sampingnya ada kolam. Ia berbelok dan langsung tercebur.
“Nam!”seru Chon.
Nam yang basah kuyup mencoba untuk terus tertawa, “Aku tak apa-apa...”
Chon menawarkan bantuan untuk Nam keluar dari kolam, tapi Nam tak menyambutnya. Ia benar-benar berusaha tak terlihat menangis.
“Kalian cocok”ucap Nam sebelum berbalik pergi memunggungi Chon.
“Nam kau baik-baik saja?”tanya Chon.
Nam menangis tapi memberi isyarat kalau ia baik-baik saja lewat jarinya.
Chon tak percaya, ia masih berusaha memanggil Nam, “Nam!”
Di luar Nam disambut teman-temannya yang terkejut melihat Nam basah kuyup. Nam langsung pergi tanpa ingin bertemu teman-temannya dulu. Gie berusaha menyusulnya namun ditahan Cheer. Mereka ikut menangis karena sudah bisa menebak apa yang terjadi.
Nam berjalan melewati Pin, Pin juga kaget melihat Nam basah kuyup. Ia menahan Nam dan bertanya apa yang terjadi. Nam tadinya ingin langsung pergi. Tapi kemudian ia kembali dan memeluk Pin erat-erat tanpa berkata apa-apa lalu langsung pergi dan membuat Pin terheran-heran.
Chon tiba di rumah setelah malam (sepertinya dia mampir dulu ke suatu tempat) dan terheran-heran melihat sebuah mobil sedan bagus terparkir di depan rumahnya. Di rumah ia langsung disambut oleh lemparan kaos dari ayahnya, “Selamat datang pemain junior Bangkok Glass!”
Rupanya di rumah sudah ada Manajer dan Pelatih tim Bangkok Glass. Chon sudah di terima sebagai pemain junior mereka. Chon yang senang memeluk ibunya. Kemudian ia membuka kulkas dan mengambil sesuatu yang sangat familiar...
Kotak cokelat pemberian Nam yang duluuuuuu... banget, rupanya masih disimpan baik-baik oleh Chon seperti Nam yang masih menyimpan gelas pepsi pemberian Chon. O..o... apa artinya tuh?
“Siapkan pakaianmu Chon, malam ini kau harus berangkat bersama paman Neng (pelatih Bangkok Glass), besok kau harus sudah ada di kamp pelatihan!”
“Hah?! Hari ini ayah??!”seru Chon terkejut.
“Ya, buat apa lagi ditunda?”tanya ayahnya balik.

Chon segera berlari ke kamarnya menaruh tas yang di dalamnya terselip bunga mawar putih pemberian Nam. Ia mengambil sebuah buku di meja belajarnya. Buku album foto. Mulai sekarang akan ada flashback adegan, dan kita akan melihat semuanya dari sudut pandang Chon.
Chon membuka buku itu, ternyata buku itu penuh dengan foto Nam yang dihias begitu indah. Chon tersenyum sambil mengusap wajah Nam yang difoto dengan lembut. Lembaran dibuka. Ada halaman yang penuh dengan foto buku 9 Metode Cinta milik Nam. Rupanya buku itu di foto ketika Nam meninggalkannya saat latihan drama. Flashback adegan saat Nam mengambil buku itu dan menyeret-nyeret kakinya buat menutupi nomor telepon Nam. Di bawah foto buku itu ada tulisan, “Buku ini lucu. Tapi membuatku tahu betapa kau telah mencoba”
Di sampingnya lagi juga ada tulisan, “Aku ingin memberitahumu, bahwa kau telah berhasil sejak awal kau mencoba...

Halaman berikutnya terlihat penuh dengan foto Nam yang di dandani oleh Pin. Kemudian flashback adegan lagi saat Nam tampil menjadi snow white yang cantik pertama kali. Saat itu Chon terlihat tak tertarik dan hanya mengatakan, “Dia tampak sama, Snow White dengan kawat gigi.” Padahal, saat pergi Chon tersenyum sangat senang sampai mengepalkan tangannya karena melihat perubahan Nam yang bisa menjadi begitu cantik.
Halaman berikutnya penuh dengan foto tangan Chon. Chon memotret tangannya sendiri kemudian menulis, “Bersentuhan tangan untuk pertama kalinya. Tapi aku harus segera melepaskan tanganku karena orang lain akan curiga” Flashback adegan saat Nam hampir jatuh dari panggung.
Di halaman berikut penuh dengan foto apel yang telah digigit, ada tulisan “Memberinya apel tapi ku gigit sedikit”. Rupanya sebelum pergi mengambil hadiah fotografi, Chonlah yang memberi Nam apel itu.
Kemudian Chon membuka banyak halaman lagi, semuanya isinya foto Nam yang sedang latihan mayoret, banyak sekali...
Kau menjadi semakin baik! Semangat Nam!”
Flashback saat Nam mati-matian berlatih melempar tongkat siang dan malam, rupanya Chon hampir setiap saat memperhatikannya. Kemudian Chon memandangi foto Nam yang menjadi pemimpin Mayoret.
Cinta bisa mengalahkan segalanya, termasuk rasa takut
Flashback saat Chon berhasil menendang pinalti untuk pertama kalinya. Chon rupanya berusaha menyingkirkan trauma dan rasa takutnya demi Nam. Ia ingin agar Nam juga tak takut pada tongkat mayoret.

Di halaman berikutnya ada foto pertumbuhan Pohon Mawar Putih yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari sebelum hari valentine. Di foto pertama tertulis, “Hari pertama.” Foto kedua, “Sangat sulit untuk tumbuh.” Foto kelima, “Tunas pertama.”

Flashback saat Chon memberikan mawar putih pada Nam, setelah mengatakan itu dari temannya, Chon berbalik kemudian menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa jujur. Di bawah foto mawar putih yang telah tumbuh:
Hari ini aku memberikan mawarnya pada Nam, kukatakan itu dari temanku karena aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya
Kemudian langsung flashback adegan saat Top menembak Nam. Chon turun dari tangga dengan lemas. Ia hampir tak bisa berjalan lagi kemudian menyandarkan kepalanya ke dinding tangga.
Halaman berikutnya gambar Top dan Nam dari bawah tangga.
Hari ini aku melihat Top menembak Nam. Kau tahu? aku sakit. Kenapa waktu kita tak pernah cocok?
Chon menepuk bukunya dengan sedih. Ia teringat saat ia berlari-lari agar bisa memotret Nam yang jadi pemimpin mayoret. Juga saat ia Top menggendong Nam yang terkilir kakinya. Rupanya Chon sempat memotret dan memasangnya di buku album itu.
Aku juga ingin kau naik ke punggungku.”
Juga banyak adegan flashback yang lainnya, termasuk saat Nam dan Chon di kolam renang. Rupanya Chon sempat menyelesaikan kalimatnya meski tak didengar oleh Nam yang pergi dengan Top, “Nam, maukah kau menjadi kekasihku?”
Chon mulai merasa hatinya makin tersiksa dan sakit. Saat Top mencium pipi Nam, kau bisa lihat ekspresi wajah Chon, kaget dan pucat pasi.
Di rumahnya Nam terus menangis. Tentu saja, ia telah mencintai Chon lebih dari 3 tahun. Ia terus menangis sendirian di depan jendela kamarnya, tanpa sadar malam itu Chon datang ke depan rumahnya. Ia datang untuk menaruh buku album yang ia buat untuk Nam, agar tahu kalau selama ini ia juga telah mencintai Nam lebih dari 3 tahun. Sejak Nam masih si itik buruk rupa, Chon telah mencintainya apa adanya. Chon terngiang-ngiang perkataan Top, “Aku memohon satu hal padamu Chon, apapun yang terjadi kau takkan memacari Nam kan?”
Dengan langkah gontai Chon pergi dari rumah Nam, karena ia harus segera berangkat ke Bangkok. Nam yang masih menangis tak tahu kalau Chon melintas di bawah jendela kamarnya.

PS: Nonton adegan semua flashback Chon sambil dengerin OST nya yang pas banget sama hati Chon saat itu, bener-bener bikin aku nangis. Sedikit liriknya deh di bagian ending kutulis: ...hanya bisa berharap kau akan mengetahuinya... bahwa aku disini untuk mencintaimu, Aku memohon agar kau mengetahuinya.... suatu hari....”

9 tahun kemudian......

Motor Chon berhenti di sebuah perusahaan. Kayaknya sih perusahaan real-estate. Chon masuk ke perusahaan tersebut sambil menggendong bayi yang ia bawa dari gallery fotografinya, dilihatnya Pin melambai ke arahnya. Pin menghampiri Chon yang menyerahkan bayi itu pada Pin, “Maaf sudah merepotkanmu”kata Pin (disini pertanyaan kak ari terjawab... hehehe). Bayi itu ternyata bukan anak Chon, melainkan anak Pin. Sepertinya Chon sudah memutuskan Pin di malam setelah Nam mengungkapkan perasaannya pada Chon.
“Tak apa, anakmu sudah seperti anakku...”kata Chon. Sebenarnya sih wajar kalau itu bukan anak Chon, sama sekali nggak ada mirip-miripnya ama Chon. Hehehe....
Pin merengut “Seandainya suamiku bisa menyayanginya seperti kamu...”
Chon mengacak rambut Pin, “Ah, kau ngomong seperti itu lagi...”
Kemudian Chon hendak pergi tapi ditahan oleh Pin, “Hey Chon! Bagaimana tentang acara Tv yang kau sebut? Apa kau akan hadir?”
Chon tersenyum, “Aku tak tahu...”
Latar pun berpindah ke sebuah acara talk show di sebuah Tv terkenal. Di situ Nam duduk. Ia dihadirkan sebagai seorang desainer ternama yang karyanya terkenal di Amerika. Bahkan katalog modenya pun dimuat di majalah mode terkenal.
Cheer, Nim dan Gie pun datang ke acara itu, mereka sudah dewasa, Nim bahkan memakai seragam polisi. Mereka melambaikan tangan ke Nam yang dibalas oleh Nam. Guru Inn juga hadir. Guru Inn rupanya sudah menikah dengan Guru Olahraga tampan yang baru itu, Guru Boat. Tapi Guru Boat sangat romantis terhadapa Guru Inn, bahkan cenderung terlalu romantis hingga Guru Inn terlihat risih. Pang dan Ibunya juga datang. Pang sudah besar sekarang.
Kemudian talk show pun menyerempet ke masalah masa lalu Nam, “Kamu memberitahu wartawan bahwa dulu saat kau masih muda, maaf, kau sama sekali tak cantik, tak modis, sama sekali beda dari yang sekarang. Lalu apa yang membuatmu berubah?”
“Itu karena saya jatuh cinta pada seseorang...”ucap Nam sambil tersenyum.
“Jatuh cinta?”tanya Hostnya, “Bisakah kau menceritakan cerita itu?”
“Bisa” kata Nam memulai cerita, “Ia adalah senior saya. Seorang pemain sepak bola. Sangat lucu. Pada saat itu saya berwajah jelek di kelas 1, maka saya mencoba memperbaiki diri, jika itu bisa membuat saya menjadi lebih cantik dan lebih baik, saya coba untuk lakukan. Saya juga mencoba belajar dengan lebih rajin agar dia mungkin menyukai saya”
“Lalu apakah akhirnya dia tahu perasaanmu?”
“Dia tahu, tapi kisah kami tak berakhir bahagia. Aku pergi belajar ke Amerika untuk tinggal bersama ayahku”
“Oh itu buruk sekali”ucap Hostnya.
“Tapi ketika saya kembali memikirkannya, dia seperti inspirasi untuk saya, dia membuat saya menggunakan cinta dengan cara yang lebih baik... dia seperti... kekuatan yang mendukung saya agar saya bisa menjadi lebih baik hingga menjadi Nam yang sekarang...”
Host cewek itu kemudian mengeluarkan sesuatu yang sangat Nam kenal. Itu Album yang dibuat Chon untuk Nam, “Nam, kau masih mengingat buku ini?”
Nam terkejut, ia menerima buku itu kemudian mendekapnya erat, “Ingat. Iya saya ingat...”
Host nya tertawa, “Kalau begitu mari kita sambut pemilik buku ini! Chon, Mantan Pemain Bangkok Glass!”
Nam terkejut. Ia menoleh ke belakang. Teman-temannya juga terkejut. Dari belakang panggung, Chon muncul dengan membawa sebuket bunga dan menghampiri Nam.
“Sekarang ia merubah karirnya menjadi fotografer profesional...”jelas Hostnya.
Nam yang gugup tak tahu harus berbuat apa hanya bisa berdiri dan merapikan gaunnya. Chon menyerahkan bunganya, “Saya ingin memberi ini untuk Nam”
Nam masih gugup, ia menunjuk dirinya sendiri, “Nam??”
“Ini untuk Nam...”ujar Chon lagi.
Nam mengelus tengkuknya grogi, ia menerima bunga itu sambil malu-malu. Mereka berdua masih berdiri sampai hostnya harus menyuruh mereka duduk.
“Saudara Chon, setelah lama tak bertemu Nam, ada yang ingin kau katakan? tanya Host.
“Euh, saya ingin memberitahu Nam bahwa...”Chon mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, rupanya Tuan Kancing, “Kancing ini sebenarnya bukan milikku. Mungkin milik Ding.”
Okeh, that’s hurt Chon... Nam menerima kancing itu dengan hati pahit. Sementara Chon malah tertawa geli.
“Lalu Bagaimana denganmu Nam? Apa kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?”tanya Host.
“Emm, saya ingin bertanya pada Kak Chon...”kata Nam takut-takut, “Apakah... Kak Chon sudah menikah?”
Chon terlihat ragu dan berat mengatakannya, “Ummm.... aku....”
Nam menunggu dengan tegang. Tapi kemudian Chon tersenyum.
“Aku menunggu seseorang pulang dari Amerika...”kata Chon memandang Nam penuh senyum.
Nam tersenyum dan menangis bahagia. Kisah cintanya ternyata tak berakhir sedih. Chon masih menunggunya selama 9 tahun.

---------------------------------The End----------------------------------