Pandangan Pertama saat Hujan tiba
Hari
ini, Sang surya mengawali dunia dengan senyuman. Ditemani dengan suara
burung-burung yang bernyanyi dan angin yang berhembus pelan membuat dahan-dahan
dan pohon kelapa yang ada di desa ini melambai-lambai seperti memanggil
sesuatu. Begitulah suasana pagi hari di desa Adi Makmur yang begitu asri nan
sejuk itu. Sama seperti suasana hati gadis yang berambut panjang berwarna hitam
pekat. Gadis itu sedang duduk di balkon
rumahnya sambil menikmati suasana di
desanya. Lalu, hatinya merasakan dan telinganya mendengar dari kejauhan seorang
anak kecil sedang bermain ayunan ditemani oleh kedua orang tuanya. Dia teringat dan tersenyum membayangkan masa
kecilnya dulu bersama kedua orang tuanya.
Saat dimana dia bermain dan tertawa
dengan polosnya, menikmati indahnya
dunia tanpa masalah hidup yang menimpa. Ketika gadis yang bernama Yemi sedang melamun, tiba-tiba ia kaget ada suara yang memanggil Yemi.
“Yemi,
Kamu dimana nak?” sahut sang Nenek dengan nada khawatir karena sejak tadi anak
yang bernama Yemi Larasati tidak ada di kamar.
“Yemi
disini Nek. Di balkon samping rumah!” jawab Yemi yang mendengar pertanyaan
neneknya itu.
“Ya
Tuhan, Nenek mencarimu sejak tadi nak. Nenek kira kamu masih tidur, tapi ketika
nenek ke kamarmu malah kamu tidak ada disana!” ucap nenek yang sering dipanggil
nenek Lati itu.
“Yemi
bosan di kamar nek, Yemi ingin pergi jalan-jalan keluar tapi pasti nenek tidak
mengijinkan.” balas Yemi dengan perasaan sedih.
“Yemi
sayang, bukannya nenek tidak mengijinkan Yemi, tapi Yemi butuh istirahat. Yemi
kan masih sakit.” Ujar nenek Lati menasehati Yemi dengan lembut.
“Oh
ayolah nek, Yemi udah sembuh kok, lihat ini! Badan Yemi juga udah sehat kan!”
bujuk gadis manis itu.
“Benarkah?
Tapi nenek masih khawatir dengan keadaan Yemi. Badan Yemi juga masih panas,
Nak!” elak sang nenek.
“Tapi
nek, Yemi bosan tidur terus di kamar.
Yemi ingin keluar, ingin bermain ayunan sama nenek! Kalo nenek nggak
ngijinin, pokoknya Yemi nggak mau minum obat!” ujar Yemi.
“Anak
ini! Nenek selalu tidak bisa melarang Yemi, padahal ini kan demi kebaikan Yemi.
Ya sudah ayo Yemi mainan ayunan sama Nenek.” Ucap Nenek akhirnya, karena pasti
akan selalu kalah berdebat dengan cucunya itu.
“Horeee..
Nenek itu nenek paling baik sedunia. Yemi sayang banget sama Nenek!” Jawab Yemi
senang sambil mencium pipi neneknya.
“Cucu
nenek ini paling pintar membujuk, maka dari itu nenek tidak bisa menolak
keinginan cucu nenek paling cantik ini!” ujar nenek Lati diakhiri dengan tawa
bersama Yemi.
Selanjutnya,
nenek dan cucu itu pergi ke ayunan yang bergantung di pohon dekat kolam. Nenek
Lati dengan setia menuntun sang cucu ke tempat yang dia inginkan. Satu hal yang
kalian tidak tahu, bahwa gadis berhidung mancung dan berkulit putih bersih ini tidak
dapat melihat indahnya dunia disekitar. Dia hanya bisa merasakan keadaan dan
hanya bisa mendengarnya. Gadis itu mengalami kecelakaan maut yang
menyebabkan dia kehilangan sepasang mata
indahnya juga kedua orang tuanya. Sepasang mata yang dia miliki hilang akibat
kecelakaan 5 bulan lalu. Kecelakaan itu
telah merenggut nyawa kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya.
Yemi begitu terpukul karena kehilangan
kedua orang yang selalu menyayangi, mencintai, mengerti dan memanjakan Yemi bak
ratu di hidup mereka. Namun kedua orang tuanya harus meninggalkan Yemi sendirian di dunia yang kejam ini. Masih terekam
jelas di memori ingatan Yemi, Ayah dan Ibunya yang selalu memperhatikan dan
menuruti semua keinginannya yang terkadang menjengkelkan hati banyak orang tua.
Yemi baru menyadari bahwa dulu dia bukanlah gadis yang baik, dulu dia adalah
gadis sombong, keras kepala, dan sangat manja. Yemi masih ingat betul kejadian
beberapa bulan lalu sebelum kedua orang tuanya meninggal. Saat itu dia masih
menjadi mahasiswa baru di kampusnya.
“Ayah,
Yemi minta dibelikan mobil baru yah. Mobil Yemi yang kemarin udah buluk.
Temen-temen Yemi mobilnya juga baru-baru semua!” pinta Yemi.
“
Mobil yang Ayah belikan kemarin kan masih bagus, Nak. Atau mobil Ayah saja yang
Yemi pakai. Mobil Ayah juga masih bagus Nak.” ucap Ayah Yemi dengan bijaksana.
“Apa?
Mobil Yemi masih bagus? Ayah jangan bercanda! Pokoknya Yemi mau dibelikan mobil
baru. Kalau tidak, Yemi nggak mau ikut Ayah sama Ibu ke rumah nenek Lati ! Yemi
juga nggak mau nerusin kuliah Yemi! Yemi mau putus sekolah aja!” ancam gadis
yang masih berusia 18 tahun itu.
“Jangan
begitu sayang. Nenek Lati kan hanya tinggal sendiri di desa. Nenek bilang nenek
juga merindukan Yemi. Nenek ingin bertemu Yemi makanya kita disuruh mengunjungi
rumah Nenek akhir pekan ini. Yemi juga harus tetap sekolah dong. Kan itu juga
demi masa depan Yemi juga. Ya sudah, bulan depan Ayah belikan mobil baru buat
Yemi. Tapi Yemi janji harus menyelesaikan kuliah dan sering mengunjungi Nenek!”jawab
Ayah Yemi dengan nada yang dibuat selembut mungkin.
“Siap
bos!” ujar Yemi sambil tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya.
Terkadang
ingatan itu membuatnya rindu kepada kedua orang tuanya itu. Seandainya waktu
dapat diulang, mungkin Yemi akan menjadi orang pertama yang melakukannya. Dia
sangat ingin minta maaf kepada Ayah Bundanya serta ingin memperbaiki sifatnya
yang terlewat batas itu. Pernah suatu hari dia membohongi Bundanya hanya untuk
mendapat uang demi memberi kado helm sport yang harganya tidak murah kesukaan sang pacar.
“Bun, temen Yemi ada yang dapat musibah. Rumahnya baru
kebakaran, Bun. Kasian dia nggak punya apa-apa lagi. Rencananya Yemi mau ngasih
dia uang buat bantu mereka!” kata Yemi bohong sambil menghampiri Bunda Rachel yang
sedang menonton tv di ruang keluarga.
“Astagfirullohhaladzim nak. Ibu turut berduka atas
musibah yang menimpa temanmu itu. Siapa namanya? Dimana alamat rumahnya? Kalau
begitu Bunda juga ingin kasih untuk anak itu! Ucap sang bunda dengan nada
khawatir.
“Eh anu Bun. Namanya eh nama.. namanya Sherlin. Iya
Sherlin! Jawab Yemi terbata-bata karena bingung.
“Alamatnya?” Tanya Bunda Rachel.
“Ah alamat? Alamatnya di.. di anu di Jalan Merbabu
Jakarta Timur itu loh yang kemarin masuk berita.” Ucap Yemi yang lagi-lagi
berbohong.
“Oh itu. Yang kemarin masuk Koran itu ya? Boleh Bunda
ketemu langsung sama teman Yemi itu? Ujar sang Bunda
“Jangan Bun! Jangan! Sherlin nggak mau ketemu orang
lain selain temannya. Lagi pula sekarang Sherlin juga lagi di Rumah Tantenya di
Jogja!” Larang Yemi.
“Benarkah?
Baiklah! Ini uangnya! Bunda kasih segini dulu nanti sisanya Bunda
transfer ke rekening Yemi! Bunda titip salam buat teman Yemi ya?” ujar Bunda
Rachel.
“Iya Bun. Makasih
banget ya Bun! Iya pastinya nanti Yemi bakal sampein salam deh buat Sherlin!” jawab Yemi senang sambil
memeluk Bundanya.
Namun
sekarang apa, bahkan Aldo sang pacar yang sudah menjalin hubungan dengan Yemi
sejak kelas 3 SMP bahkan tidak mau bertemu dengan Yemi lagi karena gadis itu
buta. Waktu itu, dia pernah pergi ke rumah Aldo ketika Yemi masih di Jakarta.
Dia ingin menemui sang pacar karena sejak dia kecelakaan 1 bulan lalu, sejak
Yemi kehilangan hamper setengah kekayaannya karena usaha sang Ayah yang
tiba-tiba bangkrut, Aldo tidak pernah lagi ke rumahnya. Biasanya, setiap Sabtu
Aldo selalu datang dan mengajak jalan-jalan. Tapi sekarang, bahkan menghubungi
Yemi pun tidak.
Ketika
sampai di rumah Aldo Yemi langsung turun dari mobilnya dibantu oleh supir
pribadinya. Dia langsung mengetuk pintu. Dan seseorang diseberang sana
membukakan pintu untuk Yemi.
“Siapa
ya?” ucap seorang laki-laki pemilik rumah itu.
“Aldo?
Apa itu kamu Love?” jawab Yemi dengan panggilan kesayangannya kepada Aldo.
“Oh
kamu! Iya ini aku. Memang kenapa? Dan untuk apa kamu ke rumahku?” ucap Aldo
ketus.
“Kamu
kok gitu Love? Iya ini aku Yemi. Aku cuma kangen aja sama pacarku. Kamu kok
nggak pernah ngubungin aku lagi sih? Tanya Yemi penasaran karena perubahan
sikap kekasihnya itu.
“Oh
ya. Aku lupa! Kita masih pacaran ya? Kalo gitu mulai sekarang kita putus!”
jawab Aldo dengan santainya.
“Apa?
Putus? Kamu nggak bercanda kan Love? Kita pacaran juga udah lama banget masa
dengan entengnya kamu bilang gitu Love! Kamu udah nggak cinta lagi sama aku?”
ucap Yemi tidak trima dengan jawaban Aldo.
“Yemi
Larasati! Dengar ya! Mana ada coba orang yang mau pacaran sama cewek buta
miskin kaya kamu! Eh belum miskin sih, tapi sebentar lagi pasti akan! Kamu tahu
nggak? Sebenernya aku tuh cintanya sama uang kamu doang! Bukan sama kamu! Jadi
kalo sekarang kamu udah miskin aku udah nggak cinta lagi sama kamu! Oh ya,
jangan panggil aku Love lagi! Sekarang aku bukan pacar kamu lagi dan aku juga
udah punya cewek yang lebih cantik dan terutama nggak buta kaya kamu! Jangan
temui aku lagi karena jujur aku udah jijik sama kamu! Ucap Aldo dengan
arogannya.
Sementara
itu, Yemi yang mendengar itu langsung menangis di depan Aldo dan berkata,
“Apa sebenarnya
kamu seburuk itu? Dan bodohnya aku baru tahu saat ini! Selama ini kamu baik
banget sama aku sampe aku ngira kamu cinta ke aku sama kaya aku yang cinta
banget sama kamu! Jadi semua persepsiku tentang kamu selama ini salah! Jadi
semua yang kamu lakuin sama aku cuma pura-pura dan demi uang! Aku nggak sadar
itu karena memang benar cinta itu membutakan segalanya! Tapi mulai sekarang aku
tahu kebusukan kamu Do! Mulai sekarang aku pergi dan nggak bakal nemuin kamu
lagi! Tapi sebelum aku pergi aku mau ngucapin makasih udah hadir dalam hidupku,
udah mengajariku tentang apa itu cinta, tentang warna-warni kehidupan cinta,
dan tentang pahit manis cinta. Dan yang paling kamu ajarin sama aku, makasih
banget untuk luka yang kamu kasih! Itu nggak bakal aku lupain seumur hidup aku!
Ucap Yemi pergi dengan berlinang air mata di pipinya.
Aldo
hanya memandang kepergian Yemi dengan senyuman sinis dan tentunya senyuman
kelicikan.
Dan
begitulah kehidupan Yemi sekarang. Dijauhi oleh pacarnya bahkan teman-temannya
di kampus juga tidak mau bertemu Yemi lagi. Itu berakibat Yemi tidak mau
meneruskan kuliah dan pindah ke rumah neneknya yang ada di Jogjakrta. Disana
dia tidak memiliki teman dan hanya dengan neneknya saja dia tinggal. Yemi
sengaja mengasingkan diri dan menarik diri dari lingkungan karena malu dengan
keadaannya.
Tapi
itu tidak berlangsung lama, setelah beberapa bulan dia terus sendiri Yemi
merasa bosan dan mulai mau berbaur dengan lingkungannya. Seperti kemarin saja,
dia pergi ke danau dekat rumahnya ditemani seorang bocah berusia 8 tahun yang
merupakan anak dari supir pribadinya, Pak Ramdu. Anak laki-laki Pak Ramdu
bernama Nathan, Nathan lah selama ini selalu membantu dan menemani Yemi dalam kehidupan
sehari-hari. Dia baru mengenal Yemi minggu lalu tetapi dia langsung dapat
berteman dengan Yemi karena memang Yemi tidak memiliki teman dan hanya
Nathanlah yang mau berteman dengannya.
Saat
sedang menikmati udara danau di sore hari, tiba-tiba hujan turun dengan
derasnya. Orang-orang yang sedang menikmati pemandangan danau yang indah itu
juga berbondong-bondong untuk berteduh. Namun Yemi enggan beranjak dari
tempatnya meskipun bajunya basah kuyub.
Nathan yang terus membujuk Yemi untuk berteduh pun tidak dihiraukannya.
Dia sangat ingin menikmati udara di danau dengan cara hujan-hujanan, hal itu menurut Yemi bisa
mengobati kesepian hidup yang selama ini dialaminya.
Sementara
itu, ada seorang pemuda tampan berusia 19
tahun sedang memperhatikan kelakuan kekanak-kanakan Yemi dari pohon tempat
berteduhnya. Dia tersenyum sendiri melihat tingkah gadis cantik itu. Matanya
yang tajam bahkan sangat fokus memperhatikan gadis yang sebenarnya tidak dapat
melihatnya, seakan gadis itu adalah pemandangan yang paling indah dibandingkan
yang lainnya. Dia juga melihat ketika Nathan membujuk Yemi untuk berteduh
dengan cara menarik-narik baju yang dipakai Yemi namun Yemi malah
memutar-mutarkan tubuhnya seperti anak kecil yang sedang hujan-hujanan.
Pemandangan menarik menurut Raka, nama pemuda itu. Bukankah hal yang khonyol
saat gadis berusia 18 tahun bertingkah seperti anak-anak sedangkan bocah
berusia 8 tahun berperilaku seperti orang dewasa? Itulah yang sejak tadi Raka
amati. Hingga pada akhirnya, anak kecil itu menyerah dan membiarkan gadis itu
hujan-hujanan sendirian.
Tingkah
kekanak-kanakan Yemi ternyata berakibat buruk bagi tubuh gadis itu. Malam
harinya, badan Yemi demam. Tentu saja, hal itu membuat nenek Lati khawatir dan
cemas. Dia menyuruh Pak Ramdu untuk memanggil dokter di dekat daerah ini.
Selang beberapa waktu dokter itu datang memeriksa Yemi. Dokter mengatakan bahwa
Yemi hanya demam akibat hujan-hujanan tadi
sore, dokter kemudian memberi Nenek Lati obat untuk diminum oleh Yemi.
Dan
begitulah watak Yemi, meskipun suhu badannya masih hangat. Tapi dia tetap
keukeuh untuk bermain ayunan disamping rumah. Dia duduk di ayunan, sementara Nenek
Lati mengayunkan ayunan itu. Yemi tertawa riang bersama sang nenek, seakan
melupakan kejamnya hidup. Kejamnya hidup yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, Kejamnya hidup yang menyebabkan
perusahaan ayahnya bangkrut dan membuat kekasihnya meninggalkannya, dan
kejamnya hidup yang merampas kedua matanya. Untuk sekarang ini, Yemi ingin melupakan
semua itu dan menikmati indahnya hidup yang semula ia abaikan kemarin.
Di
lain tempat, Raka enggan beranjak dari tempat tidur, meskipun ibunya terus
membangunkan Raka. Hari ini Raka harus pergi ke rumah sakit, namun ternyata
pemuda itu memiliki rencana untuk menemui gadis yang kemarin dilihatnya. Oleh
sebab itu, dia mencoba menggagalkan rencana sang ibu dengan tetap di tempat
tidur meskipun sebenarnya Raka sudah bangun sejak pukul 6 tadi. Dan rencana ibu
Raka akhirnya gagal akibat ulah anak semata wayangnya. Sekarang jam menunjuk
pukul 10.00, artinya Raka tidak jadi pergi ke rumah sakit karena telat 3 jam
dari waktu yang ditentukan. Ibu Resta hanya menggelengkan kepala karena ulah
Raka itu, untuk saat ini dia membiarkan Raka tidak ke rumah sakit karena ingin
memberi waktu satu hari saja untuk
dihabiskan Raka sebelum di pergi ke Jerman bulan depan.
Hari
ini Yemi ingin pergi ke hutan dekat danau itu. Dia mengajak dan membujuk Nathan
agar bersedia menemani Yemi. Akhirnya, Yemi berhasil membujuk Nathan dengan
sogokan memberikan ipadnya untuk Nathan. Mereka pergi ke hutan pukul 4 sore.
Karena terlalu asyik menjelajah hutan, mereka lupa jalan untuk kembali. Hari
mulai malam, Yemi dan Nathan belum menemukan jalan untuk keluar dari hutan itu.
Mereka berdua menangis karena takut.
“Ehmm.”
“Suara
apa itu Than?” Tanya Yemi takut.
“Nathan
tidak tahu Kak. Disini gelap Nathan tidak dapat melihatnya!” jawab Nathan
sambil menangis.
“Ehmm.
Ehmm.”
“Siapa
itu? Kumohon jangan makan kami. Tubuh kami tidak enak, alot dan tidak ada
dagingnya. Kumohon Hantu! Jangan makan kami, please!” pinta Yemi.
Tiba-tiba
terlihat sinar dari bawah kemudian terbang kesana kemari. Ternyata itu adalah
kunang-kunang yang sangat indah. Kunang itu menyinari keadaan disekitar. Dan
ternyata suara itu adalah suara seorang pemuda tampan yang menghampiri mereka.
“Ka ka
kamu siapa?” ucap Nathan yang melihat pemuda itu.
“Hay!
Kenalkan aku Raka!” sapa Raka kepada Nathan dan Yemi sambil mengulurkan
tangannya.
Namun
Nathan dan Yemi malah ketakutan dan memundurkan langkahnya.
“Wow,
Tenanglah! Aku manusia sama seperti kalian juga! Jangan takut!” ucap Raka.
“Benarkah?”
jawab Nathan ragu namun menjabat tangan Raka selagi memastikan bahwa Raka
adalah manusia. “Aku Nathan!”
“Lalu
namamu siapa? Tanya Raka tersenyum kepada Yemi sambil mengulurkan tangannya.
Suasana
hening beberapa detik karena Yemi tidak menyambut tangan Raka. Dan detik
berikutnya tangan Nathan memegang tangan Yemi untuk menjabat tangan Raka.
“Ah
aku! Aku Yemi! Yemi Larasati!” jawab Yemi sambil menyunggingkan senyum
manisnya. “ Bisakah kau menolongku dengan mengantarkan kami keluar dari hutan
ini? Sepertinya kau orang sini maka pastinya kau tau jalan keluarnya!” pinta
Yemi.
DEG!
Tiba-tiba
saja jantung Raka menambah frekuensi detakannya ketika melihat senyum dan
berjabat tangan dengan Yemi. Aliran darahnya pun seperti mengalir lebih cepat.
Dan detik ini juga dia tahu bahwa sebenarnya Yemi tidak dapat melihatnya.
“Tentu!”
Jawab Raka tanpa melepas jabat tangan mereka.
Dan
Raka mengantarkan Yemi serta Nathan ke rumah Neneknya. Tak lupa Nenek Lati
mengucapkan terima kasih kepada Raka karena mau mengantarkan cucunya.
Selanjutnya, Raka pamit pulang karena pasti ayah dan ibunya mencari Raka.
Namun, Yemi lupa menanyakan satu hal pada Raka. Darimana Raka tahu tempat
tinggalnya?
Keesokan
harinya pagi pagi sekali Raka pergi ke rumah Yemi. Tujuannya agar ia tidak
pergi ke rumah sakit karena hari ini dia ingin mengenal lebih dekat Yemi.
Setibanya di rumah Yemi, Raka duduk di ayunan dan menunggu Yemi dan Neneknya
bangun. Setelah 2 jam menunggu akhirnya Yemi keluar dari rumahnya bersama Nenek
Lati. Nenek Lati yang melihat Raka disana terkejut.
“Pagi
nek!Pagi Yemi!” sapa Raka sambil tersenyum.
“Sejak
kapan kamu disini Nak Raka?” Tanya nenek lati
“Baru
beberapa menit tadi nek! Raka ingin mengajak Yemi jalan-jalan, boleh kan nek?”
rayu Raka.
“Benarkah
kau mau mengajakku jalan-jalan? Aku mau! Boleh ya nek, Please! Bujuk Yemi
“Emm,
baiklah. Kebetulan Raka orang sini, dia pasti tahu jalan dan tempat indah di
sekitar sini! Ujar Nenek
Raka
kemudian menuntun Yemi untuk berjalan. Dia memegang tangan Yemi untuk membantu
Yemi, mereka bercanda dan bercerita. Entah mengapa, antara Yemi dan Raka mudah
sekali akrab satu sama lain. Raka mengajak Yemi pergi ke danau waktu itu.
“Masih
ingat ketika hujan-hujanan?” ledek Raka.
“Kamu
tahu? Aish, darimana kau tahu? Menyebalkan! Apa selama ini kau menguntitku?”
balas Yemi penuh selidik.
“Bisa
dibilang begitu! Kau begitu menarik
untuk diuntiti Yemi! Haha.” Jawab Raka diakhiri tawa bersama Yemi.
“Kau
tidak malu berjalan dengan wanita buta sepertiku?” Tanya Yemi tiba-tiba.
“Kenapa
malu berjalan dengan wanita cantik!”
goda Raka.
“Aku
serius Raka!” jawab Yemi sebal karena sejak tadi Raka selalu bercanda ketika
Yemi member pertanyaan yang serius.
“Aku
juga serius Yemi!” elak Raka diakhiri senyuman manis, tapi tetap saja Yemi
tidak dapat melihat senyuman itu.
Jawaban
Raka sukses membuat wajah Yemi seperti kepiting rebus.
Dan
jam berubah menjadi hari, Hari berubah menjadi minggu. Dan seiring berjalannya
waktu dimana ada Yemi pasti disitu ada Raka. Raka selalu menemani Yemi
berjalan-jalan. Terkadang jika hari
libur dan sore hari Nathan juga menemani mereka. Hingga pada suatu hari, ketika
Yemi dan Raka pergi ke hutan yang kemarin Raka menyampaikan sesuatu yang membuat
Yemi penasaran.
“Yemi,
Apa kau percaya tentang cinta pada pandangan pertama?” Tanya Raka.
“Entahlah!
Sejak seseorang mengajariku tentang cinta kemudian dia mengajariku tentang luka
aku jadi tidak percaya dengan cinta!” jawab Yemi membayangkan bagaimana masa
lalunya.
“Kalau
begitu, Aku akan kembali mengingatkanmu tentang indahnya cinta. Dan akan
membuatmu kembali percaya tentang cinta. Dan satu hal lagi, jika nanti kau
percaya akan adanya cinta namun cinta itu kembali mengingatkanmu tentang luka
kumohon tetaplah percaya tentang cinta!” ucap Raka menatap dalam manic mata
Yemi.
“Maksudmu?
Jangan berbicara hal yang tidak kumengerti Raka!” jawab Yemi.
“Untuk
saat ini kau terlalu bodoh mengertinya, Tapi mungkin suatu saat nanti saat aku
tak disini baru kau mengerti!” ucap Raka sambil bercanda.
“Kurangajar!
Kau menyebutku bodoh! Tapi untuk kalimat terakhir yang kau ucapkan aku tidak
suka! Jangan mengulangi kata-kata itu lagi atau jangan-jangan kau mau
meninggalkanku?” Tanya Yemi.
“Mungkin
nanti ragaku akan meninggalkanmu. Tapi percayalah bahwa jiwaku selalu bersamamu
kemanapun kamu pergi Yemi! Aku berjanji itu!” ucap Raka serius.
“Jangan
katakana seperti itu lagi Raka! Aku tidak
menyukainya! Dan jangan membuat suatu janji karena jika kau tidak dapat
menepatinya janji itu akan terus mengikat orang yang kau beri janji !” ucap
Yemi dengan mata berkaca-kaca.
“Maafkan
aku Yemi. Tapi aku ingin kau bisa melihat meskipun aku tidak ada di dekatmu dan
merasakanku nanti melalui hatimu!” ucap Raka dalam hatinya.
Kemudian
Yemi mengajak Raka pulang. Namun, sebelum pulang Raka member Yemi sebuah kalung
yang bertuliskan eye. Apa arti kata itu, Kata Rakalah yang tahu.
Hari
ini Yemi gelisah, bingung, kecewa, sedih,marah entah apa lagi yang dapat
menggambarkan suasana hatinya. Alasannya tidak lain tidak bukan yaitu Raka.
Hari ini pemuda itu tidak datang ke rumah Yemi entah karena apa. Padahal hari
ini Yemi sengaja berdandan dan memakai pakaian yang menurutnya paling bagus.
Dia juga menyuruh Nenek Lati untuk mendadani Yemi supaya nanti ketika Raka
melihatnya Raka akan mengatakan bahwa hari ini Yemi tampil beda dan lebih
cantik. Tapi kenyataannya, Raka tidak datang ke rumahnya padahal hari ini sudah
malam hari.
Dan
hari ini hari kedua Raka tidak datang ke rumah Yemi. Padahal banyak sekali hal
yang ingin Yemi ceritakan pada Raka. Salah satunya adalah berita gembira bahwa
ada seseorang yang akan mendonorkan matanya untuk Yemi. Dan orang pertama yang
ingin Yemi tlihat adalah Raka. Namun, pada kenyataannya Raka tetap tidak datang
ke rumahnya sampai saat ini.
Satu
minggu berlalu, dan hari ini Yemi menjalani operasi matanya. Dia masih berharap
Raka datang menemuinya, memberikan semangat, memberikan doa, dan menunggu Yemi
sampai selesai operasi. Tetapi sampai Yemi masuk ruang operasi Raka tidak
datang, na\mun Yemi masih pada pendiriannya bahwa Raka pasti akan menemaninya
seperti apa yang dia janjikan kemarin. Dia percaya akan janji yang Raka
ucapkan. Sementara itu, diluar ruangan ada Nenek Lati, Nathan, Pak Ramdu, Ibu
Rachel yang menunggu dengan khawatir.
Akhirnya
setelah melewati rangkaian operasi itu selesai dan berjalan sukses. Yemi dipindahkan ke ruang icu untuk menunggu
Yemi siuman.
Sementra di tempat pemakaman, ada batu nisan
bertuliskan nama Raka Raditya Fernanda. Banyak tamu yang datang dan melayat ke
sana. Dan hari ini, langitpun sepertinya ikut berduka hingga meneteskan air
dalam bentuk hujan. Disana, Ibu Rachel tak henti-hentinya menangis. Dia juga
berkata
“Ibu
sudah melakukan apa yang Raka inginkan. Ibu sudah mengiklaskan Raka, Ibu juga
sudah mengabulkan keinginan Raka. Dan Raka tahu, Hari ini Yemi akan dapat
melihat lagi. Raka pasti senang disana. Tapi Yemi mengatakan pada ibu kalau
orang yang ingin dia lihat pertama kali yaitu kamu nak!” ucap sang ibu dengan
berlinang air mata.
Di
rumah sakit, semua orang yang ada di ruangan ini mengucapkan doa. Wajah-wajah
mereka terlihat begitu tegang menyaksikan pelepasan perban mata yang ada di
wajah yemi.Dan dokter berkata, “Jangan langsung membuka matamu. Pada hitungan
dari 3 sampai 1 buka matamu secara perlahan ya?”
Yemi
menganggukan wajahnya dengan mantap. Dan tepat pada hitungan ke 1 Yemi membuka
perlahan matanya. Dilihatnya ruangan ini, ada nenek, Nathan,dan Pak ramdu
disana. Tapi dimana raka? Tanya yemi pada neneknya. Hanya tangisan yang yemi dapatkan.
“Jadi
kau disini, Bodoh! Membuat keputusan sepihak tanpa memperdulikan aku! Kau pikir
kau hebat! Kau pikir kau siapa ! Dimana janjimu yang kau ucapkan kemarin!
Bukankah sudah kukatakan, Aku tidak suka kau mengatakan janji itu!Tapi kau
tetap mengatakannya bahkan kau menepatinya! Kau pikir aku menyukainya! Tidak
Raka! Aku tidak suka! Kumohon Raka, kembalilah kesini! Jangan tinggalkan aku
sendirian lagi! Aku benci sendiri! Kau tak mendengarku ha! Kau tak mendengarku
sekalipun aku mengatakan ini! Aku percaya apa itu cinta! Aku percaya cinta
pandangan pertama! Dan aku mencintaimu Raka! AKU MENCINTAIMU! ” ucap Yemi
menangis tanpa henti di depan makam Raka.
Dan
seperti awal pertemuan mereka, hujan turun dengan begitu derasnya. Seakan alam pun ikut
menangis menyaksikan kedua manusia itu.
Karya : Yuni Dwi Lestari
Dibuat 11 oktober 2014